1. Persemayaman Panglima Sentot Ali Basya
Merupakan salah satu pejuang, panglima Sentot Ali Basya menjadi tokoh bersejarah dari Bengkulu. Beliau hidup pada era Diponegoro dan turut pula menyertai perjuangan Pangeran Diponegoro untuk melawan penjajah. Makam sang panglima perang Sentot Alibasya ini berada di Jalan Sentot Alibasya, Kelurahan Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Letaknya juga tak sulit ditemukan karena hanya berjarak 200 meter dari jalan raya dan tak jauh dari pusat kota Bengkulu. Meskipun makam dari Sentot Ali Basya terletak di Bengkulu, namun sebenarnya beliau bukanlah berasal dari kota tersebut. Sentot Alibasya atau dengan nama aslinya Pangeran Sentot Prawirodirjo, merupakan seorang panglima perang ketika peperangan diponegoro melawan penjajah atau koloni Belanda di pulau Jawa pada tahun 1825 sampai 1830. Beliau berjuang bersama dengan Pangeran Diponegoro. Karena kekalahan terjadi di kubu Sentot Ali Basya, maka beliau menjadi tawanan Belanda dan karena hal inilah beliau di buang ke pulau Sumatera.
2. Thomas Parr Monument
Terletak 170 meter di arah tenggara dari benteng Marlborough. Bangunan ini memiliki luas 70 m dan tinggi dari monument ini mencapai 13,5 m. Monument yang cukup megah ini merupakan penanda sejarah silam yang pernah terjadi di Bengkulu. Dimana pada tahun 1808 bangunan ini dibangun oleh pemerintah Inggris untuk memperingati sebuah insiden pembunuhan pemimpin Inggris yang bertangan besi. Digambarkan bahwa kekejamannya melampaui kemanusiaan dengan beragam pembantaian dan pembunuhan yang pernah dilakukannya kepada rakyat Bengkulu. Penguasa ini yang dikenal dengan Thomas Parr, pada akhirnya mati atas perjuangan rakyat Bengkulu. Ia menguasai Bengkulu mulai tahun 1805 sampai 1807. Setelah tragedy tersebut, para tentara Inggris tidak tinggal diam. Dengan pasukan yang ada, para tentara menyerbu perkampungan dan membunuh masyarakat secara membabi buta, bahkan dikatakan bahwa hewan ternak pun tidak luput dari emosi tentaara Inggris. Balas dendam ini sampai berdampak pertumpahan darah dengan lenyapnya banyak nyawa. mengenai jasad Thomas Parr sendiri dikubur diam-diam di salah satu area yang tersembunyi di benteng Marlborough karena takut akan digali dan dirusak oleh masyarakat.
Sebagai sorang putri asli Bengkulu, Fatmawati menjadi terkenal ketika dipersunting oleh Ir. Sukarno Presiden Republik Indonesia yang pertama. Ibu Fatmawati merupakan ibunda Presiden Indonesia ke-5, yakni Megawati Sukarno Putri. Yang paling berkesan adalah bahwa Sang Saka Bendera Pusaka Merah Putih yang berkibar di hari proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan kain hasil dari benang dan jarum rajutan tangan beliau. Bermula pada tahun 1938 dimana seorang bernama Soekarno yang diasingkan ke Bengkulu harus singgah dan berdomisili di sana akibat taktik dan strategi politis penjajah. Di sini, Bung Karno memilai hidup barunya bukan tanpa melakukan apa pun, beliau singgah di Bengkulu bahkan telah melakukan banyak hal, mulai membangun sebuah masjid dan juga beliau sempat mempersunting seorang gadis yang kemudian turut mewarnai sejarah merah putih. Di balik lelaki hebat terdapat wanita yang kuat. Menjadi saksi sejarah kain merah putih. Rumah fatmawati kini menjadi sebuah destinasi wisata yang dilestarikan. Saksi sejarah yang berupa sebuah rumah tersebut terletak di Anggut Kota Bengkulu, berjarak kira-kira 600 meter dari rumah Sukarno. Di rumah terdapat bermacam koleksi antara lain foto-foto Fatmawati, pakaian, benda-benda interior, perabut dan lain-lain.
Salah satu bangunan yang cukup memiliki nilai historis di Bengkulu adalah benteng Fort Marlborough. Gubernur Joseph Callet merupakan pendiri dan pelopor berdirinya bangunan ini. Bangunan ini merupakan bangunan yang dirancang oleh sekutu Inggris East India Company (EIC). Untuk membuat bangunan bercat putih nan kokoh ini, lama waktu yang dibutuhkan adalah enam tahun, mulai tahun 1713 hingga tahun 1719. Pada tahun 1825-1942 karena persaingan dan pergolakan masa perang, bangunan ini diambil alih oleh pihak Hindia-Belanda. Karena melalui ‘deal-deal politik’ Inggris harus mengalah, beberapa aset lain pun juga ikut lepas dari Inggris. Bagi Indonesia, peralihan ini tidak begitu berdampak positif, dampak yang terjadi malah lebih terkesan negatif, Belanda ternyata lebih menjadi lintah darat yang lebih kejam dari Inggris. Salah satu hal yang mungkin menjadi nilai tersendiri dari bangunan ini adalah bahwa benteng Fort Marlborough merupakan benteng terkuat kedua di wilayah Timur yang dimiliki Inggris setelah St.George di Madras India. Bangunan yang kokoh dan masih bertahan sampai sekarang merupakan salah-satu bukti tentang betapa kuatnya bangunan ini. Bangunan ini terus menjadi rebutan antara pihak Sekutu, Jepang dan Pejuang Kemerdekaan sampai pada akhirnya menjadi milik Polri pada tahun 1950 sebelum diserahkan kepada Depdikbud sebagai bangunan cagar budaya.
5. Kampung Tionghoa
Bangunan ini terletak di sebelah selatan bangunan benteng Marlborough. Bangunan ini telah ada semenjak masa Kolonial Inggris di Bengkulu. Dalam kampung Tionghoa ini, terdapat 20 rumah dengan corak arsitektur khas Tionghoa. Salah satu aspek yang kental dari bangunan khas Tionghoa adalah atap lengkung dan pola jendela yang di atasnya terdapat semacam ventilasi udara. Keberadaan kampung ini menjadi salah satu bukti bagi para sejarawan, bahwa bangsa Tionghoa telah ada di Indonesia sebelum abad ke-18.
Pada perjalanan sejarahnya, tokoh sekaligus bapak proklamator yakni bung Karno karena kegesitan dan keberaniannya menentang kolonialisme, pernah diasingkan di Bengkulu. Ia menempati sebuah rumah milik warga Tionghoa bernama Tan Eng Cian. Peristiwa pengasingan Bung Karno ini terjadi pada tahun 1938 sampai 1942. Rumah tersebut terletak disebuah jalan tidak jauh dari benteng Fort Marlborough.
Masjid yang merupakan hadiah dan kenang-kenangan Bung Karno ini terletak 1,2 km dari benteng Marlborough. Masjid ini berbentuk limas dengan tembok cukup rendah sehingga jika dilihat dari jauh. Masjid ini terkesan sangat mirip dengan piramida di Mesir. Pada tahun 1938, masjid ini didesain ulang, dengan masyarakat yang berperan mendanai pembangunan masjid, bung Karno memimpin langsung dengan menjadi arsitek masjid tersebut. Salah satu hal unik dari masjid ini adalah perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, di mana atap limas khas Jawa berpadu dengan arsitektur khas Tionghoa. hal ini menjadi tanda perkawinan antar budaya yang berkolaborasi dalam bangunan masjid ini.
EmoticonEmoticon